Jumat, 15 Maret 2013

Pluralisme (KEBINEKAAN,..) yang terlupakan..


"Kalau bahasa urban mengenal kata ‘asongan’, bahasa agraris punya kata ‘ngasak’. Sekarang ini banyak kelompok-kelompok formal normatif yang merasa dirinya panen akherat, sehingga mereka mantap sekali untuk menjadi pemimpin panen itu. Sementara di KC, semua orang berani datang. Ini kalau mau disebut lemah ya lemah, tapi kalau mau disebut kuat ya kuatnya justru di situ. Di sini semua dekat tanpa batas-batas budaya, Anda bukan santri nggak apa-apa. Dan lagi, sekarang yang disebut santri pun belum tentu santri. Belum tentu yang pakai peci itu santri, dan belum tentu yang pakai jeans itu bukan santri.

Bebaskan dirimu dari kebiasaan tidak menyukai. Carilah ilmu dan rahasia dari semua yang tidak kamu sukai, maka engkau akan menemukan kesejatian. Apa yang kamu pikir tidak menyenangkan dan kamu benci, jangan-jangan sesungguhnya dia mengandung kebaikan yang kamu perlukan. Atau siapa tahu sesungguhnya apa atau siapa yang sangat kamu sukai dan sangat kamu inginkan justru mengandung keburukan-keburukan yang akan mencelakakanmu. Allah telah mengingatkan hal ini kepada kita dengan jelas.

Jelas bahwa pendahulu kita telah mengenalkan kita makna dari pluralisme yaitu Kebinekaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini.

Apa itu pluralisme? Pada tanggal 28 Juli 2005, MUI menerbitkan fatwa yang melarang pluralisme. Dalam fatwa tersebut, pluralisme agama,sebagai obyek persoalan yang ditanggapi, didefinisikan sebagai:
"Suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga".


Dengan demikian, MUI menyatakan bahwa Pluralisme dalam konteks yang tertera tersebut bertentangan dengan ajaran Agama Islam.
Kalau MUI yang merupakan induk dari umat Islam di Indonesia melarang pluralisme lantas mengapa Gus Dur Yang merupakan ulama besar disebut sebagai bapak pluralisme? Jika kita merujuk pengertian pluralisme seperti yang dijelaskan oleh MUI diatas, jelas itu tidak diperbolehkan. Namun bagaimana dengan pluralisme Gus Dur? Dalam hal ini ada definisi lain dari Pluralisme yang berarti faham akan keragaman, bagaimana menghargai segala sesuatu yang beda dalam koridor yang masih relevan. Positifnya adalah agar negara ini tetap bersatu padu. 'BHINEKA TUNGGAL IKA' 

Gus Dur dan Pluralisme adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Beliau adalah tokoh yang sangat peduli dengan keberagaman, perbedaan dan keanekaragaman. Termasuk dalam hal kehidupan beragama. Bahkan beliau juga dekat dengan tokoh-tokoh agama selain Agama Islam yang beliau anut. Sering keluar masuk tempat peribadatan agama-agama lain. Hal inilah yang seringkali menimbulkan kesalahan penafsiran pluralisme yang Gus Dur ajarkan. Namun setelah wafatnya beliau, 30 Desember 2009 lalu, orang-orang mulai sadar akan kebenaran tentang bagaimana cara bertoleransi yang beliau ajarkan.

"Ketika dia mati-matian membela orang China, Ahmadiyah, Nasrani, dan orang-orang termarjinalkan lainnya, yang diperjuangkan bukan Chinanya, bukan Ahmadiyahnya, bukan Nasraninya, melainkan manusianya. Jadi lebih tepat dikatakan Gus Dur itu tokoh humanis,". Menurut Inayah, Gus Dur sendiri juga tidak pernah menyebut dirinya pluralis, melainkan humanis. "Bahkan Gus Dur pernah berpesan agar di pusaranya ditulis 'Di Sini Dimakamkan seorang Humanis'," ungkap Inayah.
Gus Dur merupakan salah satu dari 4 tokoh yang ketika akhir hayatnya menggemparkan dunia selama abad ke 21. Ada tokoh-tokoh tersebut adalah Presiden ke 35 AS, John F Kennedy. Tokoh spiritual dan politikus India, mahatma Gandhi. Tokoh perjuangan di Iran, Ayatullah Ruhullah Khomeini dan terakhir Mantan Presiden Republik Indonesia, K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Terlepas dari itu semua, Gus Dur memang merupakan salah satu tokoh idola saya. Menurut saya beliaulah orang yang "Indonesia Banget", yang paling mengerti tentang apa itu Bhineka Tunggal Ika karena beliau menyadari bahwa kita hidup di negeri yang multi kultur yang tidak akan mungkin untuk menyatukan keberagaman suku, agama, ras, budaya dan manusia yang ada. Jalan terbaik untuk itu adalah sikap toleransi kita terhadap adanya perbedaan tersebut supaya negara tercinta kita ini tetap kokoh berdiri diatas perbedaan-perbedaan yang ada. Bukanlah perbedaan itu indah? Bersatulah Indonesiaku!!!



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar