Dalam pembicaraan Presiden RI I yakni SUKARNO dengan Cindy Adams dan menjadi sebuah buku yang berjudul “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”, Sang Pemimpin Revolusi itu mengatakan, “Aku teringat akan suatu hari, ketika aku menghadapi dua buah laporan yang bertentangan tentang diriku. Kadang‐kadang seorang Kepala Pemerintahan tidak tahu, mana yang harus dipercayainya. Yang pertama berasal dari majalah "Look". "Look" menyatakan, bahwa rakyat semua menentangku. Majalah ini memuat sebuah tulisan mengenai seorang tukang becak yang mengatakan seakan‐akan segala sesuatu di Indonesia sangat menyedihkan keadaannya dan orang‐orang kampung pun sekarang sudah muak terhadap Sukarno.”….
Membaca buku itu, saya kembali sangat yakin bahwa perjuangan SUKARNO untuk melakukan REVOLUSI sangatlah berat. Selain menghadapi kaum penjajah dan para KAPITALIS, ia juga harus berhadapan dengan bentuk “TEROR” yang mencoba membangun “OPINI” dan “MERACUNI” pikiran rakyat Indonesia terhadap sosok “SUKARNO”.
Memang tak ku temui seperti apa Majalah “LOOK” yang dibaca oleh SUKARNO. Tapi aku bisa sedikit ku mengerti melalui buku yang berjudul “BUNG KARNO PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT”.
Setelah itu, aku kembali mengingat sebuah bahan bacaan yang menceritakan awal terbentuknya ISRAEL yang disebut-sebut banyak melakukan kekejaman atas PALESTINA.
Dari sumber-sumber yang ku baca, muncul sebuah kata yakni “ZIONISME”. Dimana, Zionisme merupaka sebuah faham yang ditelurkan oleh “THEODOR HARZL” seorang lelaki kelahiran di Budapest tahun 1860.
Kata Zionisme berawal dari sebuah nama bukit di kawasan Yerrusalem yakni Bukit Zion. Disebutkan, Bukit Zion merupakan asal berkembangnya sebuah ajaran yang di anut orang Yahudi.
Lewat faham Zionisme, Harzl mengajak orang-orang Yahudi yang berada di seluruh pelosok dunia, untuk kembali dan mendirikan sebuah negara dan kini bernama ISRAEL yang lahir tepatnya tanggal 14 Mei 1948.
Sebelum terbentuknya Israel menjadi sebuah negara, Harzl yang juga menjadi seorang “JURNALIS” sebuah harian di WINA bernama “LIBERAL WINA NEUE FREIE”, menciptakan sebuah buku yang berjudul “Der Judestaat” atau “Negara Yahudi” terbit di tahun 1896.
Buku tersebut dibuat oleh Harzl setelah peristiwa “Dreyfus” tahun 1894 dan membuat kaum Yahudi menjadi terpuruk dan di musuhi oleh EROPA.
Dari sumber-sumber yang ku baca, rasa permusuhan tersebut muncul karena kekejamannya sehingga keberadaannya orang Yahudi tidak diterima oleh sejumlah negara ketika itu. Wajar, karena ketakutan tersebut berawal dari sebuah ajaran yang membentuk hegemoni bahwa orang Yahudi adalah paling mulia.
Buntutnya, kaum Yahudi dibawah kendali Harzl akhirnya menggelar Konfrensi pertama kaum Zionis tahun 1987 di Basel, Swiss.
Dalam konfrensi tersebut mencuat sebuah strategi para Zionis yang dibenci karena ajarannya, yang kemudian digunakan sebagai senjata hingga terbentuknya ISRAEL. Harzl mengatakan, bahwa strategi untuk memenangkan visi misi Zionis adalah “DENGAN MENGUASAI MEDIA”.
Hal tersebut kembali dikuatkan oleh seorang Rashoron (1986) yang mengatakan, bahwa Media adalah SENJATA kedua untuk meraih kemenangan setelah senjata pertama yakni Emas.
Dalam perjalanannya, Harzl kemudian bertemu dengan Sultan Abdul Ahmid II di ISTAMBUL. HARZL memberi “SUAP” kepada Sultan dengan uang 35 Juta Lira emas, membuat benteng pertahanan bagi Khalifat Turki Utsmania dan Pelunasan Hutang Luar Negeri.
Penyuapan itu bertujuan agar kaum Yahudi di ISTAMBUL bisa menetap lama di kawasan tersebut. Karena sebelumnya, Sultan hanya memberikan mereka batas waktu tiga bulan untuk menetap di Istambul. Suap tersebut juga bertujuan untuk bisa menguasai PALESTINA.
Namun, Sultan dengan tegas melakukan penolakan lewat sebuah memorandum yang bunyinya
“Saya tak kan melepaskan palestina walau sejengkal, sebab tanah itu bukan milik saya tapi milik umat saya yang mereka dapatkan dengan tetasan darah……,”Sebuah penolakan tegas yang juga dilakukan SUKARNO ketika memerangi para KAPITALIS.
Sebelumnya, saya membaca banyak kaum YAHUDI yang juga menjadi musuh BENJAMIN FRANKLIN, menguasai sejumlah media di dunia.
Seperti Julius Reuter, kelahiran 1816, yang merupakan seorang Yahudi dan menjadi pendiri Kantor Berita Reuter. Kantor Berita itu kemudian menjadi sebuah kantor berita Nasional milik INGGRIS serta menjadi kantor berita terbesar di dunia.
Setelah itu, muncul kantor berita di Havas yang juga dibangun oleh seorang Yahudi, ditahun 1835 menjadi kantor berita resmi milik Negara Perancis.
Bahkan, Majalah terbesar di Inggris yakni “The Times” yang berdiri tahun 1788, juga dimotori oleh seorang Yahudi Inggris yakni Rochild. Bukan hanya itu, setengah lebih dari 1700 distributor media massa Amerika Serikat sudah di kuasai orang Yahudi.
MEDIA-MEDIA TERSEBUT LAH YANG DIKATAKAN BANYAK MENUTUPI KEKAJAMAN YANG DI LAKUKAN ISRAEL TERHADAP PALESTINA. APAKAH ORANG-ORANG YAHUDI ITU JUGA TERMASUK SEBAGAI PEMILIK MEDIA YANG MEMUTAR BALIKAN FAKTA SERTA INGIN MEMBENTUK OPINI BURUK MASYARAKAT TERHADAP SUKARNO???
WAH.....KOK GITU??
Tapi apakah itu juga berlangsung saat ini di INDONESIA dan di BALI pada khususnya?
Apakah itu juga terjadi setelah ada KODE ETIK JURNALISTIK dan UU No 40 Tahun 1999 dan yang terbaru yakni UU No.14 Tahun 2008???
Mungkin sedikit ku ingatkan salah satu pasal yang ada dalam UU No.40 tahun 1999 tepatnya PASAL 6 yakni Pers Nasional melaksanakan peranannya sebagai berikut ; huruf “e” ; MEMPERJUANGKAN KEADILAN DAN KEBENARAN.
Sekedar tambahan lagi, bahwa Yahudi kemudian menjadi sekutu kuat Amerika Serikat dan ada Dua organisasi Zionis Yahudi di AS masing-masing JINSA (Jews Institute for National Security Affairs) dan CSP (Centre for Securty). Organisasi tersebut memiliki pengaruh terhadap kebijakan Luar Negeri AS
Membaca buku itu, saya kembali sangat yakin bahwa perjuangan SUKARNO untuk melakukan REVOLUSI sangatlah berat. Selain menghadapi kaum penjajah dan para KAPITALIS, ia juga harus berhadapan dengan bentuk “TEROR” yang mencoba membangun “OPINI” dan “MERACUNI” pikiran rakyat Indonesia terhadap sosok “SUKARNO”.
Memang tak ku temui seperti apa Majalah “LOOK” yang dibaca oleh SUKARNO. Tapi aku bisa sedikit ku mengerti melalui buku yang berjudul “BUNG KARNO PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT”.
Setelah itu, aku kembali mengingat sebuah bahan bacaan yang menceritakan awal terbentuknya ISRAEL yang disebut-sebut banyak melakukan kekejaman atas PALESTINA.
Dari sumber-sumber yang ku baca, muncul sebuah kata yakni “ZIONISME”. Dimana, Zionisme merupaka sebuah faham yang ditelurkan oleh “THEODOR HARZL” seorang lelaki kelahiran di Budapest tahun 1860.
Kata Zionisme berawal dari sebuah nama bukit di kawasan Yerrusalem yakni Bukit Zion. Disebutkan, Bukit Zion merupakan asal berkembangnya sebuah ajaran yang di anut orang Yahudi.
Lewat faham Zionisme, Harzl mengajak orang-orang Yahudi yang berada di seluruh pelosok dunia, untuk kembali dan mendirikan sebuah negara dan kini bernama ISRAEL yang lahir tepatnya tanggal 14 Mei 1948.
Sebelum terbentuknya Israel menjadi sebuah negara, Harzl yang juga menjadi seorang “JURNALIS” sebuah harian di WINA bernama “LIBERAL WINA NEUE FREIE”, menciptakan sebuah buku yang berjudul “Der Judestaat” atau “Negara Yahudi” terbit di tahun 1896.
Buku tersebut dibuat oleh Harzl setelah peristiwa “Dreyfus” tahun 1894 dan membuat kaum Yahudi menjadi terpuruk dan di musuhi oleh EROPA.
Dari sumber-sumber yang ku baca, rasa permusuhan tersebut muncul karena kekejamannya sehingga keberadaannya orang Yahudi tidak diterima oleh sejumlah negara ketika itu. Wajar, karena ketakutan tersebut berawal dari sebuah ajaran yang membentuk hegemoni bahwa orang Yahudi adalah paling mulia.
Buntutnya, kaum Yahudi dibawah kendali Harzl akhirnya menggelar Konfrensi pertama kaum Zionis tahun 1987 di Basel, Swiss.
Dalam konfrensi tersebut mencuat sebuah strategi para Zionis yang dibenci karena ajarannya, yang kemudian digunakan sebagai senjata hingga terbentuknya ISRAEL. Harzl mengatakan, bahwa strategi untuk memenangkan visi misi Zionis adalah “DENGAN MENGUASAI MEDIA”.
Hal tersebut kembali dikuatkan oleh seorang Rashoron (1986) yang mengatakan, bahwa Media adalah SENJATA kedua untuk meraih kemenangan setelah senjata pertama yakni Emas.
Dalam perjalanannya, Harzl kemudian bertemu dengan Sultan Abdul Ahmid II di ISTAMBUL. HARZL memberi “SUAP” kepada Sultan dengan uang 35 Juta Lira emas, membuat benteng pertahanan bagi Khalifat Turki Utsmania dan Pelunasan Hutang Luar Negeri.
Penyuapan itu bertujuan agar kaum Yahudi di ISTAMBUL bisa menetap lama di kawasan tersebut. Karena sebelumnya, Sultan hanya memberikan mereka batas waktu tiga bulan untuk menetap di Istambul. Suap tersebut juga bertujuan untuk bisa menguasai PALESTINA.
Namun, Sultan dengan tegas melakukan penolakan lewat sebuah memorandum yang bunyinya
“Saya tak kan melepaskan palestina walau sejengkal, sebab tanah itu bukan milik saya tapi milik umat saya yang mereka dapatkan dengan tetasan darah……,”Sebuah penolakan tegas yang juga dilakukan SUKARNO ketika memerangi para KAPITALIS.
Sebelumnya, saya membaca banyak kaum YAHUDI yang juga menjadi musuh BENJAMIN FRANKLIN, menguasai sejumlah media di dunia.
Seperti Julius Reuter, kelahiran 1816, yang merupakan seorang Yahudi dan menjadi pendiri Kantor Berita Reuter. Kantor Berita itu kemudian menjadi sebuah kantor berita Nasional milik INGGRIS serta menjadi kantor berita terbesar di dunia.
Setelah itu, muncul kantor berita di Havas yang juga dibangun oleh seorang Yahudi, ditahun 1835 menjadi kantor berita resmi milik Negara Perancis.
Bahkan, Majalah terbesar di Inggris yakni “The Times” yang berdiri tahun 1788, juga dimotori oleh seorang Yahudi Inggris yakni Rochild. Bukan hanya itu, setengah lebih dari 1700 distributor media massa Amerika Serikat sudah di kuasai orang Yahudi.
MEDIA-MEDIA TERSEBUT LAH YANG DIKATAKAN BANYAK MENUTUPI KEKAJAMAN YANG DI LAKUKAN ISRAEL TERHADAP PALESTINA. APAKAH ORANG-ORANG YAHUDI ITU JUGA TERMASUK SEBAGAI PEMILIK MEDIA YANG MEMUTAR BALIKAN FAKTA SERTA INGIN MEMBENTUK OPINI BURUK MASYARAKAT TERHADAP SUKARNO???
WAH.....KOK GITU??
Tapi apakah itu juga berlangsung saat ini di INDONESIA dan di BALI pada khususnya?
Apakah itu juga terjadi setelah ada KODE ETIK JURNALISTIK dan UU No 40 Tahun 1999 dan yang terbaru yakni UU No.14 Tahun 2008???
Mungkin sedikit ku ingatkan salah satu pasal yang ada dalam UU No.40 tahun 1999 tepatnya PASAL 6 yakni Pers Nasional melaksanakan peranannya sebagai berikut ; huruf “e” ; MEMPERJUANGKAN KEADILAN DAN KEBENARAN.
Sekedar tambahan lagi, bahwa Yahudi kemudian menjadi sekutu kuat Amerika Serikat dan ada Dua organisasi Zionis Yahudi di AS masing-masing JINSA (Jews Institute for National Security Affairs) dan CSP (Centre for Securty). Organisasi tersebut memiliki pengaruh terhadap kebijakan Luar Negeri AS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar